
Tanjak atau Tengkulok atau destar atau semutar adalah penutup kepala laki-laki di suku Melayu yang di Rantau Prapat keberadaannya memang sudah ada cuma kurang intensitasnya dipakai di kalangan masyarakat.
Bentuk Tanjak itu menjulang tinggi atau meninggi ujungnya diwakili dengan segitiga. Sebagai kesimpulan, kata tanjak bukan singkatan dari kata tanah yang dipijak, tetapi menunjukkan sesuatu yang ditinggikan bukan direndahkan, dan di dalam tubuh manusia kepala adalah tempat tertinggi dan dimuliakan
Tanjak itu semakin menggema dan bergairah di Labuhan Batu setelah tokoh budaya dan seni Labuhanbatu, Ade Parlaungan Nasution pada tahun 2020 memulai gerakan dengan mengirim dua orang Putra Labuhan Batu ke Batam untuk mempelajari pembuatan Tanjak Melayu yaitu Fazrul Maisa Nasution dan Budi Situmorang yang merupakan musisi dan seniman yang tergabung dalam Kumpulan Pilandok Malay Orchest yang consent terhadap music Kebudayaan Melayu. mereka belajar membuat Tanjak di tempat Tarmizi yang merupakan seniman Tanjak Melayu yang terkenal di Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau
Alhamdulillah dua putra Labuhan Batu ini ternyata memiliki bakat dan keahlian menjahit dan mendisain Sehingga mereka dengan mudah dapat menyerap ilmu yang diperoleh Dari Seniman Tarmizi sekembalinya dari Batam.
Bermacam-macam jenis Tanjak Melayu yang mereka mampu kerjakan antara Elang Melayang, Elang Menyongsong Angin, Dendam Tak Sudah, Balung Ayam, Cogan Daun Kopi, Pucuk Pisang, Mumbang Belah Dua. Ada lagi jenis Sekelongsang Bunga, Belalai Gajah, Tanjak Balung Raja, Ketam Budu, Solok timba, Pari Mudek, Buana, Tebing Runtuh, dan Nahkoda Terong, dan bentuk lainnya yang masing-masing jenis tanjak itu mempunyai filosfi yang berbeda pula
Kedua pemuda ini langsung membuat dan mendisain Tanjak Melayu di Rantau Prapat dan mulai disebarkan dari mulut ke mulut baik itu melalui event-event musik maupun even acara-acara baik itu pernikahan dan lain-lain yang dipakai oleh personil musik musik Melayu Pilandok malay Orchest dalam setiap pementasan music melayu di berbagai even baik pernikahan, sunatan maupun acara lainnya.
Semenjak aktivitas ke dua pemuda tadi dengan disertai produksi dan promosi ke berbagai tempat, akhirnya Tanjak hadir sebagai identitas budaya dan dijadikan Cendera mata kepada tamu tamu terhormat yang berkunjung ke Labuanbatu.
Disamping itu juga, Fazrul dan Budi yang juga Tergabung di Lembaga Adat Melayu Pinang Awan Serumpun Labuhanbatu, kerap menyambangi berbagai daerah tetangga seperti Kota Pinang (Labuhanbatu Selatan), Aek kanopan (Labuhanbatu Utara) dan sampai Ke pesisir Labuhanbatu (Sei Barombang, Labuihan Bilik dan Ajamu)
Menurut Ade Parlaungan Nasution, istilah Tanjak juga dipakai sebagai Tata Nilai Universitas Labuhanbatu yang dipimpinnya dengan Penjabaran seperti gambar di Bawah ini :
Masih menurut Ade Parlaungan Nasution, untuk membumikan Tanjak sebagai identitas Budaya, Beliau juga memerintahkan staff/tenaga pengajar untuk memakai pakaian adat Melayu dan Tanjak baik dalam Acara resmi seperti Wisuda, Dies Natalis, Rapat dan menerima Kunjungan Tamu